Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang menjadi bagian penting
untuk tegak dan tidaknya bangunan agama Islam seseorang. Siapa yang menegakan
shalat berarti ia telah menegakkan agamanya dan siapa yang meninggalkan shalat
berarti ia telah meruntuhkan agamanya. Ingatlah bahwa shalat itu merupakan al
‘imad ad-diin (tiangnya agama) dan amalan pertama yang akan dihisab.
Nah, selain shalat wajib yang kita
ketahui ada juga yang dinamakan shalat sunat. Shalat sunat merupakan ibadah
yang terbilang penting sebagai salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada
sang Khaliq. Selain itu, shalat ini juga dilakukan untuk meraih pahala dari
Allah SWT dan sekaligus untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang terdapat
pada shalat wajib.
Sebagai hamba Allah, selayaknya
setiap diri meyakini bahwa di dalam ibadah shalat wajibnya memiliki
kekurangan-kekurangan. Kurang dari Kifiyyah, perhatian, kakhusyuan, atau bahkan
implementasi. Oleh sebab itu, perlu kiranya diketahui mengenai kedudukan
sekaligus fungsi dari shalat sunat itu sendiri. Hal ini agar menjadi dorongan
agar setiap orang mukmin semakin bersemangat dalam mengerjakannya.
Diantara fungsi dan kedudukan shalat sunat adalah Sebagai Penambal
Kekurangan Shalat Wajib, sebagaimana sabda Nabi Saw :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ نَصْرِ بْنِ
عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ حَمَّادٍ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ
قَالَ حَدَّثَنِي قَتَادَةُ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ حُرَيْثِ بْنِ قَبِيصَةَ قَالَ
قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فَقُلْتُ اللَّهُمَّ يَسِّرْ لِي جَلِيسًا صَالِحًا قَالَ
فَجَلَسْتُ إِلَى أَبِي هُرَيْرَةَ فَقُلْتُ إِنِّي سَأَلْتُ اللَّهَ أَنْ
يَرْزُقَنِي جَلِيسًا صَالِحًا فَحَدِّثْنِي بِحَدِيثٍ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَنْفَعَنِي بِهِ
فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ
صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ
خَابَ وَخَسِرَ فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ
وَجَلَّ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ
مِنْ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Nashr bin Ali Al Jahdlami
berkata; telah menceritakan kepada kami Sahl bin Hammad berkata; telah
menceritakan kepada kami Hammam berkata; telah menceritakan kepadaku Qatadah
dari Al Hasan dari Huraits bin Qabishah ia berkata; "Aku datang ke
Madinah, lalu aku berdo`a, "Ya Allah, mudahkanlah aku untuk mendapat teman
shalih." Huraits bin Qabishah berkata; "Lalu aku berteman dengan Abu
Hurairah, aku kemudian berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku telah memintah
kepada Allah agar memberiku rizki seorang teman yang shalih, maka bacakanlah
kepadaku hadits yang pernah engkau dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, semoga dengannya Allah memberiku manfaat." Maka Abu Hurairah pun
berkata; "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Pada hari kiamat pertama kali yang akan Allah hisab atas amalan seorang
hamba adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka ia akan beruntung dan selamat,
jika shalatnya rusak maka ia akan rugi dan tidak beruntung. Jika pada amalan
fardlunya ada yang kurang maka Rabb 'azza wajalla berfirman: "Periksalah,
apakah hamba-Ku mempunyai ibadah sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah
wajibnya yang kurang?" lalu setiap amal akan diperlakukan seperti
itu." (HR. At-Tirmidzi Bab ما جاء أن أول ما
يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة No 378)
Di dalam sebuah hadits diterangkan seorang sahabat mengidamkan /
menginginkan bertetangga bersama Nabi SAW di Surga, sebagaimana tertera dalam
hadits :
حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُوسَى
أَبُو صَالِحٍ حَدَّثَنَا هِقْلُ بْنُ زِيَادٍ قَالَ سَمِعْتُ الْأَوْزَاعِيَّ
قَالَ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ
حَدَّثَنِي رَبِيعَةُ بْنُ كَعْبٍ الْأَسْلَمِيُّ قَالَ كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ
وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِي سَلْ فَقُلْتُ أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ
قَالَ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ قُلْتُ هُوَ ذَاكَ قَالَ فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ
بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
Telah menceritakan kepada kami al-Hakam bin Musa Abu Shalih telah
menceritakan kepada kami Hiql bin Ziyad dia berkata, "Saya mendengar
al-Auza'i berkata, telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abi Katsir telah
menceritakan kepadaku Abu Salamah telah menceritakan kepadaku Rabi'ah bin Ka'ab
al-Aslami dia berkata, "Saya bermalam bersama Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam,
lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya, maka beliau bersabda
kepadaku, 'Mintalah kepadaku.' Maka aku berkata, 'Aku meminta kepadamu agar aku
menemanimu di surga -dia berkata, 'Atau dia selain itu'. Aku menjawab, 'Itulah
yang dia katakan-maka beliau menjawab, 'Bantulah aku untuk mewujudkan
keinginanmu dengan banyak melakukan sujud'." (HR. Muslim Bab فضل السجود والحث عليه No. 754)
Dengan keterangan hadits di atas jelas sekali bahwa shalat sunat
itu untuk menyempurnakan kekurangan dari shalat-shalat wajib serta memiliki
kedudukan yang mulia yaitu untuk meningkatkan derajat seseorang kelak di surga.
Perlu diketahui bahwa sebagaimana pada shalat wajib terdapat
pekerjaan-pekerjaan rukun, wajib, dan sunat. Demikian pula pada shalat sunat
terdapat pekerjaan-pekerjaan yang sama. Oleh karena itu, tidak dibenarkan
siapapun berperilaku menganggap enteng ketika melaksanakannya.
Oleh karena itu janganlah
kita menganggap sepele terhadap shalat ini, tapi justru marilah kita dawam-kan
shalat sunat ini sebagai bentuk bukti nyata komitmen kita sebagai seorang
mukmin untuk melaksanakan keta’atan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar